Kasus Bullying ada sejak dulu sampai sekarang


Tulisan dari Bang Sigit Riyanto di FB. Makin banyak slogan anti bullying, tapi pada kenytaaanya bully tak benar benar hilang meaki sudah di gaungkan slogannya, meski disekolah mahal terkenal sekali pun, bulliying apakah jadi budaya?

Sejak saya kecil, apalagi di desa, bullying paling umum ngejek temen dengan nama bapaknya, meski itu biasa tapi biasanya anak anak, termasuk saya ga trima nama bapaknya diejek ejek, hasilnya, berantem.

Ketika pindah sekolah dari desa ke kota, model bullyingnya beda lagi, bentuk anak desa yang cenderung pendiam, kurang gaul, sudah jadi sarapan sehari hari dibilang kampungan, norak, wong ndeso, ga gaul lu, pun ketika lulus ugm. Masih banyak yang ga percaya hasil lulus dari mencontek. 

Pernah suatu ketika karena sy sepatu ga pernah beli hasil lungsuruan kakak yang dipilox item luntur, eh dilaporin ke BK, sambil dibilang "pak anak kampungan itu srpatunya ga item", 

Ketika setelah bekerja bentuk bullying jadi lebih halus, apalagi pas reuni, "eh git, kok kamu belum PNS?" Terus saya jawab, saya kampungan ga cocok jadi pns, di beberapa pandangan status PNS lebih jadi uwong, daripada yang tidak.

Bukan cuma sekali 2x, berkali kali reuni saya masih sering mendapat pertanyaan semacam itu, entahlah apakah "jadi orang" itu hanya ditentukan oleh status sosial pekerjaan, lantas yang ga jadi pns auto demit, gitukah?



Dan bullying itu ga mengenal kasta pendidikan, buktinya masih sering terjadi bullying diawali dari sekolah yang katanya mengajarkan sopan santun adab bergaul, "eh lu jabatan nya apa sekarang? Si anu tuh keren sudah jadi komisaris, lha elu masih staff melulu kapan naik eselonnya", 

Pada kenytaannya bullying tidak pernah berhenti meskipun kita sudah mrmasuki usia dewasa

Belakangan bullying dilakukan via bisik bisik di medsos

Entah kenapa, orang indonesia itu hobby betul kepo membully entah sadar atau tidak, kayak nampak seperti budaya, apalagi kalau reuni.

No comments:

Post a Comment